Example 728x250
LingkunganBudaya

Metri Bumi: Cara Mas Ipin Menjaga dan Melestarikan Sumber Air Trenggalek

×

Metri Bumi: Cara Mas Ipin Menjaga dan Melestarikan Sumber Air Trenggalek

Sebarkan artikel ini
Bupati Trenggalek, Mochamad Nur Arifin, saat menghadiri upacara adat Metri Bumi, desa Masaran, Kecamatan Bendungan, Senin (25/8).

Gradasinews.id – Pagi itu, suasana Desa Masaran, Kecamatan Bendungan, terasa berbeda. Ratusan warga berkumpul dengan penuh antusias di sekitar sumber air Papringan. Mereka hadir bukan sekadar menyaksikan, tetapi juga ikut serta dalam ritual adat Metri Bumi, sebuah tradisi turun-temurun yang kini dihidupkan kembali sebagai cara menjaga keberlangsungan alam.

Bupati Trenggalek, Mochamad Nur Arifin, yang akrab disapa Mas Ipin, memimpin langsung prosesi sakral ini. Dengan penuh keyakinan ia menyampaikan pesan sederhana namun mendalam: menjaga pohon berarti menjaga kehidupan.

“Alhamdulillah, ini di Desa Masaran. Metri Bumi adalah bagian dari ikhtiar kita membawa keselamatan bagi masyarakat Trenggalek,” ucapnya, Senin (25/8/2025).

Pohon, Air, dan Kehidupan

Bagi Mas Ipin, keberadaan pohon di sekitar sumber air bukan hanya sekadar penghijauan, melainkan benteng kehidupan. Ia percaya, selama pohon tetap berdiri tegak, mata air akan terus mengalir meski pemimpin silih berganti.

“Menggambarkan Trenggalek, kalau tidak ada bupatinya, asalkan pohonnya masih banyak, sumber-sumbernya bersih, maka kehidupan tetap ada,” lanjutnya.

Pesan itu bukan sekadar kata-kata, tetapi wujud nyata. Dalam kegiatan tersebut, masyarakat bersama pemerintah melakukan penanaman berbagai pohon, termasuk pohon aren yang dinilai penting untuk keberlangsungan debit air.

Antusiasme Warga

Semangat pelestarian ini disambut hangat oleh warga. Sujatmiko, Camat Bendungan, mengaku kagum dengan partisipasi masyarakat.

“Antusias warga sangat luar biasa, kami mengapresiasi. Kami turun langsung ke lapangan, ternyata betul-betul dilestarikan. Dengan adanya kegiatan ini, tentu memberikan motivasi kepada masyarakat untuk menjaga sumber air dan pohon-pohon besar,” ungkapnya.

Ia juga menambahkan, sumber air Papringan di Desa Masaran yang dijaga dengan penuh kesadaran ini menghidupi sekitar 120 kepala keluarga dari dua rukun tetangga. Air jernihnya masih dimanfaatkan sehari-hari, bahkan selang-selang sederhana yang terpasang menjadi bukti hidupnya aliran kehidupan.