Example 728x250
Budaya

Turonggo Yakso, Tarian Jiwa dari Trenggalek yang Bikin Kementerian Pariwisata Terpukau

×

Turonggo Yakso, Tarian Jiwa dari Trenggalek yang Bikin Kementerian Pariwisata Terpukau

Sebarkan artikel ini
Penampilan Tari Jaranan Turonggo Yakso membuka Festival ke-29 di Pelataran Pasar Pon Trenggalek, Rabu (20/8). Festival budaya ini telah menjadi ikon Trenggalek selama hampir tiga dekade. (Foto: Gradasinews).

GRADASINEWS.ID- Pelataran Pasar Pon Trenggalek, Rabu malam (20/8), berubah menjadi lautan decak kagum. Dentuman gamelan, kendang, suara pecut yang menderu, dan hentakan kaki para penari jaranan Turonggo Yakso membuat udara bergetar. Sorak-sorai penonton membaur dengan aroma tanah basah usai hujan sore, menghadirkan nuansa magis yang sulit dijelaskan dengan kata-kata.

Di tengah riuh itu, Hariyanto, Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan Infrastruktur Kementerian Pariwisata, tak mampu menyembunyikan kekagumannya. Matanya berbinar, suaranya bergetar ketika ia berkata:

“Turonggo Yakso ini bukan sekadar tontonan. Ini tuntunan. Setiap gerakan penuh filosofi, penuh makna, dan sarat nilai kearifan lokal.”

Tarian yang Menyimpan Filosofi Kehidupan

Bupati Trenggalek, Mochamad Nur Arifin, atau yang akrab disapa Mas Ipin, turut menjelaskan makna mendalam di balik tarian ini. Kata Turonggo Yakso berasal dari bahasa Sanskerta: turonggo berarti kuda, dan yakso berarti raksasa.

“Setiap manusia punya ‘raksasa’ dalam dirinya, yaitu hawa nafsu. Para penari melambangkan pejuang yang harus menaklukkan kuda berkepala raksasa itu. Makanya tarian ini selalu tampil dalam momen sakral, mulai dari sedekah bumi hingga ritual persaudaraan,” ungkap Mas Ipin.

Dalam gerakan para penari yang menggigil ketika pecut dilecutkan, tersirat pesan spiritual. “Kalau kita tidak percaya pada Tuhan, itu kebacut,” tambahnya. Sebuah pengingat sederhana namun menggetarkan hati.

29 Tahun Eksis, Menuju Panggung Dunia

Festival Jaranan Turonggo Yakso tahun ini memasuki usia ke-29. Bukan sekadar bertahan, festival ini justru semakin dicintai masyarakat dan terus berkembang. Bahkan kabarnya, untuk tahun 2025 akan ada peserta dari mancanegara.

Hariyanto berharap, festival ini bisa masuk dalam Kharisma Event Nusantara (KEN), daftar 100 event terbaik di Indonesia versi Kementerian Pariwisata.

“Ini baru permulaan. Saya membayangkan suatu hari nanti, Trenggalek dikenal sebagai Bumi Jaranan di seluruh dunia,” ujarnya penuh semangat.

Dukungan dari Senayan

Kedatangan rombongan Kementerian Pariwisata ke Trenggalek tak lepas dari peran Novita Hardini, Anggota DPR RI dari Dapil VII Jatim. Aktivis perempuan dan UMKM itu sengaja mengundang mitra kerjanya untuk melihat langsung potensi wisata Trenggalek.

Harapannya jelas: dengan dukungan pemerintah pusat, pariwisata Trenggalek bisa bangkit, membuka peluang ekonomi, dan menghadirkan kesejahteraan bagi masyarakat.

Sebuah Warisan, Sebuah Identitas

Turonggo Yakso bukan sekadar tarian rakyat. Ia adalah warisan leluhur, sebuah filosofi hidup, dan identitas masyarakat Trenggalek. Dari panggung sederhana di Pasar Pon, gema budaya ini diharapkan mampu menjangkau dunia.

Dan malam itu, di bawah cahaya lampu yang menyinari wajah-wajah penari muda Trenggalek, kita semua disadarkan: budaya tidak hanya dilestarikan untuk dikenang, tapi juga untuk menjadi pedoman hidup.